Manfaat Opini Publik



OPINI Publik memiliki hubungan yang erat dengan kegiatan suatu organisasi. Opini bergulir secara bervariasi, bisa aktif juga pasif.


Opini dapat dinyatakan dengan verbal. Artinya terbuka dengan kata-kata yang dapat ditafsirkan secara jelas namun melakukan pemilihan kata yang halus dan tidak secara langsung.

Sebelum berkembang menjadi sebuah opini publik. Hal tersebut dimulai dari persepsi yang sangat personal dan dipengaruhi berbagai faktor seperti budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, dan sebagainya.

Persepsi itu kemudian membentuk opini pribadi yang bersifat personal. Melalui interaksi, opini pribadi bisa saja menjadi suatu konsensus sehingga terwujudnya opini publik.

Untuk menjadi opini publik, isu tersebut melewati sejumlah dimensi. 

Pertama, waktu. Unsur waktu sangat berperan dalam rangka berkembangnya suatu opini.

Berapa lama sebuah opini bergulir dan berkembang luas di publik sangat tergantung pada unsur emosi anggota publik, termasuk kesamaan persepsi dan kepercayaan akan isu yang dibicarakan.

Kedua, cakupan. Sebuah opini biasanya berkembang dari satu individu hingga kelompok publik yang semakin besar. 

Sifat informasi yang dibicarakan akan turut menentukan pula perkembangan suatu opini itu.

Ketiga, pengalaman masa lalu. Setiap audience memiliki pengalaman tertentu atas obyek yang dibicarakan. 

Semakin intensif hubungan antara obyek tersebut dengan audience, maka akan semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh audience.

Ketika seseorang merasa kecewa terhadap pelayanan suatu organisasi maka ada orang lain yang mengutarakan opininya secara verbal tentang masalah yang sama. 

Sehingga informasi tersebut semakin cepat terjalin konsensus di antara mereka.

Keempat, media massa. Peran media massa sangat besar dalam mengekspose suatu informasi termasuk opini yang menghantui publik. 

Saat ini, kehadiran media sosial pun turut menambah semarak penyebaran dan exposure setiap opini publik.

Banyak kejadian arus informasi yang bergulir melalui media sosial cenderung tidak terkontrol penyebarannya. 

Sulit dibayangkan bila informasi yang digulirkan itu menyangkut opini yang buruk tentang seseorang atau sebuah organisasi.

Baca: Kominfo Tertibkan Media Abal-abal

Kelima, tokoh. Kredibilitas seorang tokoh akan turut berpengaruh terhadap berkembangnya opini publik.

Kemudian apa implikasi bagi seorang Humas terkait dengan opini publik? Seorang praktisi Humas harus membekali dirinya dengan pengetahuan dan kemampuan riset dan mengamati fenomena yang terjadi dalam kehidupan organisasinya.

Dengan membaca media, membaca riset atau berbagai data sekunder (hasil penelitian yang pernah dipublikasikan) seorang Humas akan mendapatkan informasi.

Para praktisi Humas memang tidak harus menjadi ahli metodologi namun kemampuan untuk mengetahui prinsip-prinsip penting yang berkaitan dengan riset, mutlak harus dikenal bagi seorang Humas.

Dia juga harus memiliki kemampuan dalam mengamati fenomena yang terjadi serta mampu menginterpretasinya sehingga menjadi informasi yang dianggap penting bagi organisasinya.

Dengan demikian, praktisi Humas dalam setiap aktivitas, senantiasa berbicara dan berargumen berdasarkan fakta dan data sehingga informasinya bisa dipercaya dan meyakinkan.

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post